Friday, December 9, 2016

Tradisi Pasar Tradisional yang Tak Tergantikan

Pertama kali mendengar Pasar Tradisional yang terfikirkan di benak saya adalah barang yang murah namun kualitas tidak murahan. Seperti pada umumnya orang berbelanja ke pasar pasti dengan alasan lebih murah, praktis dan ekonomis. Pasar Tradisional memang menjadi tujuan konsumen dari segala kalangan, bahkan tidak jarang kalangan menengah ke atas pun rela berdesak-desakan memilih barang yang mereka butuhkan. 

Seiring dengan berkembangnya kemajuan zaman, pasar tradisional masih tetap bertahan hingga saat ini. Keluarga saya lebih memilih ke pasar tradisional dibandingkan supermarket dengan berbagai alasan. Tentunya kita juga tidak mengesampingkan supermarket atau minimarket karena terkadang kebutuhan yang diperlukan tidak kita temui di pasar tradisional. Sebagai pembeli tentunya keluarga saya sangat memperhatikan harga dan kualitas barang, baik jenis sembako atau kebutuhan sehari-hari, sayur mayur dan lauk.


poto: Semarang Kota

Tawar-menawar di pasar tradisional sudah menjadi tradisi yang tak tergantikan. Terkadang jika kita tidak mampu menawar dengan baik, justru akan mendapatkan kerugian karena kita tidak mengetahui berapa harga jual yang sebenarnya. Kasus ini pernah saya alami ketika berbelanja di pasar tradisional bersama keluarga. Waktu itu keluarga saya kebetulan akan mengadakan syukuran kecil-kecilan. Beberapa bahan dan bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai, kemiri, merica, kunyit dan sebagainya harus kami persiapkan lebih banyak dari biasanya.

Keluarga saya biasa membeli barang atau bumbu yang bisa disimpan di kulkas supaya lebih awet dan tahan lama. Disamping menghemat waktu, jika kita membeli dalam jumlah banyak tentunya akan mendapat harga yang lebih murah dibanding dengan harga eceran. Kebetulan saat itu saya bersama kakak, hendak pergi ke suatu tempat pada pagi hari. Dan saya mengusulkan untuk berbelanja sekaligus guna keperluan syukuran esok hari. Tentunya saya tidak lupa mencatat semua bahan yang akan saya beli agar tidak ada yang terlupa ketika saya sampai di pasar nanti. Setelah urusan saya dan sang kakak selesai, kami langsung bergegas menuju pasar tradisional yang tidak jauh dari lokasi. 


photo: Brilio.net

Waktu itu masih terbilang pagi karena baru menginjak jam 9, tapi suasana pasar masih sangat ramai khususnya penjual sayur dan lauk. Biasanya dijam-jam tersebut penjual sayur sangat ramai didatangi pembeli, karena ibu-ibu sibuk belanja untuk mempersiapkan menu makan siang. Setelah saya berkeliling sambil melihat dan memilih, akhirnya kami memilih ke seorang pedagang yang menjual berbagai macam bumbu dan terlihat sangat komplit. 

Nah, sampailah kita pada sesi tawar-menawar harga. Awalnya kami hanya ingin membeli beberapa macam ke penjual tersebut, tapi karena waktu juga sudah semakin siang jadi kami memutuskan untuk membeli di penjual yang sama. Pada awalnya kakak saya menawar dengan harga yang lebih rendah tapi penjual masih keukeuh mempertahankan barang dagangannya. Akhirnya kami mencoba untuk pergi dengan tiba-tiba si ibu penjual memberikan harga sesuai yang kami minta. Dan proses jual-beli itu pun selesai kemudian kami bergegas meninggalkan ibu penjual bumbu. Tidak lupa juga kami mampir ke penjual jajajan pasar. Jajanan ini tentunya tidak perlu proses tawar-menawar karena sudah ditentukan berapa per bijinya.

Sesampainya di rumah, ibu saya langsung menanyakan bumbu yang dipesan. Selesai menaruh barang-barang, saya bergegas ke dapur untuk membantu ibu mempersiapkan menu syukuran. Sambil ngobrol sana-sini, ibu saya bertanya berapa harga bumbu A, B, C dan seterusnya. Ibu pun mulai protes mendengar jawaban harga yang saya sebutkan. Ibu bilang bahwa  harga bahan dan bumbu yang kami beli masih tergolong mahal. Bahkan ibu saya bilang, mungkin karena yang beli masih muda jadi harganya dinaikin. Lho kok bisa begitu? Ternyata ada aturan seperti itu di pasar tradisional hahaha. Ada yang menekan harga lebih tinggi kepada pembeli yang masih muda. Mereka berfikir  kalau orang muda membeli harga tanpa perhitungan asal dapat barang itu sudah cukup. Berbeda dengan ibu-ibu atau mamah-mamah muda, pasti banyak tarik ulurnya dan sudah pasti  durasi tawar-menawar harga akan lebih lama.


Aplikasi Boneprice

Dengan pengalaman tersebut, saya memutuskan untuk mencari tahu berapa sih harga normal barang-barang di pasar tradisional? Agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar dengan membeli barang terlalu mahal tanpa mengetahui harga pokoknya. Saat ini jaman semakin canggih dan maju, segala sesuatunya dapat di pantau melalui jaringan internet dengan berbagai fitur dan aplikasi yang mendukung. Salah satunya adalah aplikasi Bonerpice, cara hebat belanja hemat. Dengan aplikasi ini, kita bisa "cek sembako" mengenai harga-harga bahan pangan di pasaran. 

Boneprice dirancang untuk memberikan layanan yang terbaik dalam membantu pelanggan untuk berbelanja online dengan cerdas. Boneprice memberikan informasi harga yang lebih akurat dan lebih masuk akal untuk pelanggan berdasarkan teknologi tinggi. 

No comments:

Post a Comment